Posted by Eba Gazalba on 12 Mei 7:25 AM
Pesawat
terbang, adalah salah satu obyek yang selalu menarik untuk disimak. Kali
ini kita akan melihat perkembangan salah satu “organ vital” pesawat
terbang yaitu mesin pendorong yang berjenis mesin Jet atau dalam dunia
penerbangan biasa disebut Aircraft Power Plant.
Mengapa disebut
sebagai “organ vital” tentu saja…mesin Jet ini ibarat organ jantung pada
manusia yang berfungsi mengatur denyut nadi, juga tekanan darah, yang
secara umum pada akhirnya menentukan kelangsungan hidup manusia itu
sendiri.Apabila jantung manusia berhenti, maka seluruh kegiatan
kehidupan yang ditunjang olehnya juga akan berhenti. Begitupun dengan
mesin pesawat terbang. Apabila mesin itu mati karena suatu hal, maka
secara umum sistem internal di dalam pesawat itu akan terancam
kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan karena mesin itu menyediakan
fungsi sistem-sistem internal yang ada di dalam pesawat terbang
tersebut. Sistem apa sajakah itu?
Sistem-sistem tersebut adalah
Sistem Kelistrikan (Electrical System), Sistem Hidrolis (Hydraulic
System), Sistem Tekanan Kabin (Pressurization System), Sistem Kendali
Pesawat Terbang (Flight Control System), serta sistem-sistem sekunder
lain yang ada dalam pesawat terbang.
Roda pendarat sangat
tergantung dengan adanya Sistem Hidrolis ini. Penumpang di dalam pesawat
terbang sangat tergantung dengan keberadaan sistem tekanan kabin, agar
dapat bernapas dengan leluasa serta normal seperti layaknya diatas
daratan. Sang penerbang pun sangat tergantung dengan sistem kelistrikan,
supaya alat navigasi, alat komunikasi, serta alat-alat penunjuk lain
dapat diandalkan. Sehingga dapat dibayangkan seandainya mesin pesawat
terbang tersebut berhenti bekerja, maka semua sistem diatas akan
berhenti juga. Itulah sebabnya mesin pesawat terbang mempunyai peran
sebagai “organ vital”. Dahulu saat pesawat terbang berhasil dibuat oleh
Wright bersaudara, satu-satunya tenaga penggerak dan pendorong adalah
mesin sederhana yang menggerakkan baling-baling. Baling-baling itu lalu
menimbulkan daya dorong (thrust), yang didukung oleh profil tertentu
sayap pesawat, sehingga menimbulkan gaya angkat (lift ). Gabungan dari
daya dorong dan gaya angkat itulah yang membuat pesawat terbang mampu
mengudara seperti yang kita lihat.
Tentunya dua gaya itu harus
lebih besar dari dua gaya “lawannya”, yaitu gaya berat (weight) dan
hambatan(drag). Seiring berjalannya waktu, mesin berbaling-baling
dirasakan tidak mencukupi lagi kebutuhan manusia untuk dapat menikmati
pesawat terbang. Hal ini disebabkan pesawat berbaling-baling (Propelled
Aircraft) memiliki keterbatasan dalam hal ketinggian jelajah, pemborosan
bahan bakar, jarak tempuh, serta waktu tempuh penerbangan. Para
insinyur penerbangan ingin membuat pesawat terbang yang mampu menjelajah
pada ketinggian yang optimal sekaligus menghemat bahan bakar,
memanfaatkan massa udara yang sedikit untuk dimampatkan lalu
menghasilkan daya dorong yang spektakuler, serta mampu menempuh jarak
yang cukup jauh dengan waktu tempuh yang pendek. Terdengar hampir
mustahil memang. Namun, para insinyur penerbangan bersungguh-sungguh
ingin mewujudkan keinginan itu. Untuk memenuhi “ambisi” ini, maka
dibuatlah mesin Jet.
Prinsip Prinsip Daya Dorong Jet
Apa arti
Jet sebenarnya? Darimana konsep Jet itu berasal? Siapakah manusia
pertama yang menemukannya? Jet artinya pancaran atau semprotan.Konsep
reaksi Jet pertama kali dipercaya oleh para ilmuwan dari sebuah alat
permainan di negeri Romawi kuno yang dikenal dengan sebutan Hero’s
Engine. Alat permainan ini dipercaya dibuat pada masa 120 tahun SM. Alat
ini menggambarkan bahwa gaya/momentum (berupa uap) yang dikeluarkan
oleh mulut Jet itu mampu menghasilkan reaksi yang sama besar dengan daya
dorong Jet itu sendiri.Kedua Jet kecil itu memancarkan tekanan yang
berakibat kedua Jet itu bergerak berputar putar. Kemudian hasilnya
Hero’s Engine-pun berputar oleh dorongan kedua Jet itu.
Ilmuwan
Fisika terkenal, Sir Isaac Newton juga merumuskan dalam hukumnya yang
ketiga, hukum Aksi dan Reaksi. Hukum itu menyatakan “Setiap gaya yang
beraksi pada suatu benda, akan menghasilkan reaksi gaya yang berlawanan
arah yang sama besarnya”. Dari sinilah para insinyur penerbangan memulai
bekerja menciptakan suatu Mesin Jet yang menjadi tenaga pendorong
pesawat terbang.
Tahun 1913
seorang insinyur Perancis bernama Rene Lorin, mematenkan sebuah konsep
Mesin berdaya dorong Jet. Tetapi ini ternyata barulah sebuah teori,
karena pada masa itu belum ada manufaktur atau produsen yang mampu
membuat mesin Jet yang berdasar pada teori ini, meskipun saat ini
ternyata Ram Jet (salah satu metoda mesin Jet modern) menggunakan konsep
Lorin ini.
Tahun 1930 Frank Whittle dipercaya telah mematenkan
karyanya, yaitu sebuah mesin gas turbin yang menghasilkan daya dorong
Jet. Tetapi inipun masih berupa teori juga. Mesin gas turbin ini baru
selesai sebelas tahun kemudian olehnya melalui uji terbang terlebih
dahulu. Konsep mesin gas turbin bertipe Turbo Jet buatan Frank Whittle
ini kelak dipakai oleh salah satu manufaktur Mesin Jet terkemuka di
dunia yaitu Rolls-Royce Welland.
Beberapa
Metoda Daya Dorong Jet
Semua jenis
mesin Jet sebetulnya sama. Yaitu sama-sama dihasilkan dari bahan bakar
dicampur udara yang telah dimampatkan lalu dibakar, sehingga
menghasilkan energi berupa daya dorong untuk terbang. Perbedaannya
hanyalah pada “cara memasak” bahan bakar plus udara dan pembakarannya
saja. Cara memasak diatas disebut Metoda. Beberapa Metoda itu adalah Ram
Jet, Pulse Jet, Rocket, Gas Turbine, Turbo/Ram Jet atau Turbo Rocket.
Masing
masing metoda daya dorong Jet diatas memiliki keunggulan dan kekurangan
sendiri-sendiri, tergantung tujuan dan keperluan penggunaannya. Untuk
kepentingan pesawat terbang militer tentunya berbeda dengan kepentingan
pesawat komersial.
Pesawat
Jet militer (fighting aircraft) membutuhkan karakteristik mesin Jet
yang tangguh, lincah, fleksibel, dan bertenaga besar untuk mengejar dan
memburu lawannya, sekaligus berkelit dari incaran lawan. Sementara itu,
pesawat Jet komersial (Jetliner) memerlukan mesin Jet yang dapat
diandalkan pada beberapa keadaan cuaca yang terkadang buruk, mudah
dioperasikan saat keadaan abnormal apalagi darurat, irit bahan bakar,
biaya perawatan yang murah dan mudah, disamping memiliki kemampuan
menanjak yang optimum. Dalam hal ini pilihan tentang jenis atau metoda
mesin Jet seperti diatas menjadi sangat penting.
Pesawat jet sebenarnya mempunyai mesin turbin gas dengan kipas
turbo. Pada bagian depan mesin terdapat kompresor, yang terdiri dari
banyak baling-baling. Fungsinya menyedot udara, memampatkannya dan
menyemprotnya dengan tekanan tinggi ke dalam ruang pembakaran (combustion chamber). Kecepatan udara bisa
mencapai ratusan kilometer per jam.
Bahan bakar diinjeksi ke dalam ruang
pembakaran, di mana bahan bakar bercampur dengan udara berkecepatan
tinggi. Selanjutnya dinyalakan. Udara panas kemudian bergerak ke
belakang dan menggerakkan turbin yang selanjutnya memberi tenaga pada
kompresor. Sisa tenaga kemudian dibuang melewati selang di bagian
belakang mesin untuk menciptakan daya dorong ke depan.
Kipas besar terletak pada bagian
paling depan dari mesin kipas-turbo yang juga menyedot udara. Sebagian
dari udara ini diambil oleh kompresor. Sisanya melewati turbin utama
lalu mengarah ke bagian belakang mesin untuk membantu menguatkan daya
dorong.
Karena kipas-turbo bergantung pada
turbin yang berputar untuk menggerakkan kompresor dan kipas, dan turbin
tak dapat berputar tanpa udara dari kompresor, maka turbin perlu dibantu
untuk mulai berjalan. Bantuan ini dilakukan dengan udara bertekanan
yang memutar kompresor pada kecepatan sedemikian hingga, saat bahan
bakar dinyalakan, terdapat cukup aliran udara untuk memastikan udara
panas terdorong ke belakang dan tidak meledak.
0 komentar:
Posting Komentar